اَلَّذِيْنَيُظٰهِرُوْنَمِنْكُمْمِّنْنِّسَاۤىِٕهِمْمَّاهُنَّاُمَّهٰتِهِمْاِنْاُمَّهٰتُهُمْاِلَّاالّٰۤـِٔيْوَلَدْنَهُمْوَاِنَّهُمْلَيَقُوْلُوْنَمُنْكَرًامِّنَالْقَوْلِوَزُوْرًاوَاِنَّاللّٰهَلَعَفُوٌّغَفُوْرٌ٢
alladziina yuzhaahiruuna minkum min nisaa‑ihim maa hunna ummahaatihim in ummahaatuhum illaa allaa‑iii waladnahum wa‑innahum layaquuluuna munkaraan minna alqawli wazuuraan wa‑inna allaaha la'afuwwun ghafuurun
Orang-orang di antara kamu yang menzihar istrinya, (menganggap istrinya sebagai ibunya, padahal) istri mereka itu bukanlah ibunya. Ibu-ibu mereka hanyalah perempuan yang melahirkannya. Dan sesungguhnya mereka benar-benar telah mengucapkan suatu perkataan yang mungkar dan dusta. Dan sesungguhnya Allah Maha Pemaaf, Maha Pengampun. [2]
— Kementerian Agama Republik Indonesia