اِنَّمَاالنَّجْوٰىمِنَالشَّيْطٰنِلِيَحْزُنَالَّذِيْنَاٰمَنُوْاوَلَيْسَبِضَاۤرِّهِمْشَيْـًٔااِلَّابِاِذْنِاللّٰهِوَعَلَىاللّٰهِفَلْيَتَوَكَّلِالْمُؤْمِنُوْنَ١٠
innamaa alnnajwaa mina alsysyaythaani liyahzuna alladziina aamanuu walaysa bidhaarrihim syay‑an illaa bi‑idzni allaahi wa'alaa allaahi falyatawakkali almu'minuuna
Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu termasuk (perbuatan) setan, agar orang-orang yang beriman itu bersedih hati, sedang (pembicaraan) itu tidaklah memberi bencana sedikit pun kepada mereka, kecuali dengan izin Allah. Dan kepada Allah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakal. [10]
— Kementerian Agama Republik Indonesia