اَلَمْتَرَاِلَىالَّذِيْنَقِيْلَلَهُمْكُفُّوْٓااَيْدِيَكُمْوَاَقِيْمُواالصَّلٰوةَوَاٰتُواالزَّكٰوةَفَلَمَّاكُتِبَعَلَيْهِمُالْقِتَالُاِذَافَرِيْقٌمِّنْهُمْيَخْشَوْنَالنَّاسَكَخَشْيَةِاللّٰهِاَوْاَشَدَّخَشْيَةًوَقَالُوْارَبَّنَالِمَكَتَبْتَعَلَيْنَاالْقِتَالَلَوْلَآاَخَّرْتَنَآاِلٰٓىاَجَلٍقَرِيْبٍقُلْمَتَاعُالدُّنْيَاقَلِيْلٌوَالْاٰخِرَةُخَيْرٌلِّمَنِاتَّقٰىوَلَاتُظْلَمُوْنَفَتِيْلًا٧٧
alam tara ilaa alladziina qiila lahum kuffuu aydiyakum wa‑aqiimuu alshshalaata wa‑aatuu alzzakaata falammaa kutiba 'alayhimu alqitaalu idzaa fariiqun minhum yakhsyawna alnnaasa kakhasyyati allaahi aw asyadda khasyyatan waqaaluu rabbanaa lima katabta 'alaynaa alqitaala lawlaa akhkhartanaa ilaa ajalin qariibin qul mataa'u alddunyaa qaliilun waal‑aakhiratu khayrun limani ittaqaa walaa tuzhlamuuna fatiilaan
Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka, "Tahanlah tanganmu (dari berperang), laksanakanlah salat dan tunaikanlah zakat!” Ketika mereka diwajibkan berperang, tiba-tiba sebagian mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih takut (dari itu). Mereka berkata, "Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tunda (kewajiban berperang) kepada kami beberapa waktu lagi?” Katakanlah, “Kesenangan di dunia ini hanya sedikit dan akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa (mendapat pahala turut berperang) dan kamu tidak akan dizalimi sedikit pun.” [77]
— Kementerian Agama Republik Indonesia