اَوْخَلْقًامِّمَّايَكْبُرُفِيْصُدُوْرِكُمْفَسَيَقُوْلُوْنَمَنْيُّعِيْدُنَاقُلِالَّذِيْفَطَرَكُمْاَوَّلَمَرَّةٍفَسَيُنْغِضُوْنَاِلَيْكَرُءُوْسَهُمْوَيَقُوْلُوْنَمَتٰىهُوَقُلْعَسٰٓىاَنْيَّكُوْنَقَرِيْبًا٥١
aw khalqan mimmaa yakburu fii shuduurikum fasayaquuluuna man yu'iidunaa quli alladzii fatharakum awwala marratin fasayunghidhuuna ilayka ruuusahum wayaquuluuna mataa huwa qul 'asaa an yakuuna qariibaan
atau menjadi makhluk yang besar (yang tidak mungkin hidup kembali) menurut pikiranmu." Maka mereka akan bertanya, "Siapa yang akan menghidupkan kami kembali?” Katakanlah, “Yang telah menciptakan kamu pertama kali.” Lalu mereka akan menggeleng-gelengkan kepalanya kepadamu dan berkata, “Kapan (Kiamat) itu (akan terjadi)?” Katakanlah, “Barang kali waktunya sudah dekat,” [51]
— Kementerian Agama Republik Indonesia