مَنِاهْتَدٰىفَاِنَّمَايَهْتَدِيْلِنَفْسِهٖوَمَنْضَلَّفَاِنَّمَايَضِلُّعَلَيْهَاوَلَاتَزِرُوَازِرَةٌوِّزْرَاُخْرٰىوَمَاكُنَّامُعَذِّبِيْنَحَتّٰىنَبْعَثَرَسُوْلًا١٥
mani ihtadaa fa‑innamaa yahtadii linafsihi waman dhalla fa‑innamaa yadhillu 'alayhaa walaa taziru waaziratun wizra ukhraa wamaa kunnaa mu'adzdzibiina hattaa nab'atsa rasuulaan
Barangsiapa berbuat sesuai dengan petunjuk (Allah), maka sesungguhnya itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barang siapa tersesat maka sesungguhnya (kerugian) itu bagi dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, tetapi Kami tidak akan menyiksa sebelum Kami mengutus seorang rasul. [15]
— Kementerian Agama Republik Indonesia