وَاِذَاجَاۤءَكَالَّذِيْنَيُؤْمِنُوْنَبِاٰيٰتِنَافَقُلْسَلٰمٌعَلَيْكُمْكَتَبَرَبُّكُمْعَلٰىنَفْسِهِالرَّحْمَةَاَنَّهٗمَنْعَمِلَمِنْكُمْسُوْۤءًابِجَهَالَةٍثُمَّتَابَمِنْبَعْدِهٖوَاَصْلَحَفَاَنَّهٗغَفُوْرٌرَّحِيْمٌ٥٤
wa‑idzaa jaa‑aka alladziina yu'minuuna bi‑aayaatinaa faqul salaamun 'alaykum kataba rabbukum 'alaa nafsihi alrrahmata annahu man 'amila minkum suu‑an bijahaalatin tsumma taaba min ba'dihi wa‑ashlaha fa‑annahu ghafuurun rahiimun
Dan apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami datang kepadamu, maka katakanlah, "Salamun ‘alaikum (selamat sejahtera untuk kamu)." Tuhanmu telah menetapkan sifat kasih sayang pada diri-Nya, (yaitu) barang-siapa berbuat kejahatan di antara kamu karena kebodohan, kemudian dia bertobat setelah itu dan memperbaiki diri, maka Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang. [54]
— Kementerian Agama Republik Indonesia