وَقَالُوْاهٰذِهٖٓاَنْعَامٌوَّحَرْثٌحِجْرٌلَّايَطْعَمُهَآاِلَّامَنْنَّشَاۤءُبِزَعْمِهِمْوَاَنْعَامٌحُرِّمَتْظُهُوْرُهَاوَاَنْعَامٌلَّايَذْكُرُوْنَاسْمَاللّٰهِعَلَيْهَاافْتِرَاۤءًعَلَيْهِسَيَجْزِيْهِمْبِمَاكَانُوْايَفْتَرُوْنَ١٣٨
waqaaluu haadzihi an'aamun wahartsun hijrun laa yath'amuhaa illaa man nasyaa‑u biza'mihim wa‑an'aamun hurrimat zhuhuuruhaa wa‑an'aamun laa yadzkuruuna isma allaahi 'alayhaa iftiraa‑an 'alayhi sayajziihim bimaa kaanuu yaftaruuna
Dan mereka berkata (menurut anggapan mereka), "Inilah hewan ternak dan hasil bumi yang dilarang, tidak boleh dimakan, kecuali oleh orang yang kami kehendaki." Dan ada pula hewan yang diharamkan (tidak boleh) ditunggangi, dan ada hewan ternak yang (ketika disembelih) boleh tidak menyebut nama Allah, itu sebagai kebohongan terhadap Allah. Kelak Allah akan membalas semua yang mereka ada-adakan. [138]
— Kementerian Agama Republik Indonesia