مَاالْمَسِيْحُابْنُمَرْيَمَاِلَّارَسُوْلٌقَدْخَلَتْمِنْقَبْلِهِالرُّسُلُوَاُمُّهٗصِدِّيْقَةٌكَانَايَأْكُلَانِالطَّعَامَاُنْظُرْكَيْفَنُبَيِّنُلَهُمُالْاٰيٰتِثُمَّانْظُرْاَنّٰىيُؤْفَكُوْنَ٧٥
maa almasiihu ibnu maryama illaa rasuulun qad khalat min qablihi alrrusulu wa‑ummuhu shiddiiqatun kaanaa ya'kulaani alththa'aama unzhur kayfa nubayyinu lahumu al‑aayaati tsumma unzhur annaa yu'fakuuna
Al-Masih putra Maryam hanyalah seorang Rasul. Sebelumnya pun sudah berlalu beberapa rasul. Dan ibunya seorang yang berpegang teguh pada kebenaran. Keduanya biasa memakan makanan. Perhatikanlah bagaimana Kami menjelaskan ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) kepada mereka (Ahli Kitab), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka dipalingkan (oleh keinginan mereka). [75]
— Kementerian Agama Republik Indonesia