وَلَاتَزِرُوَازِرَةٌوِّزْرَاُخْرٰىوَاِنْتَدْعُمُثْقَلَةٌاِلٰىحِمْلِهَالَايُحْمَلْمِنْهُشَيْءٌوَّلَوْكَانَذَاقُرْبٰىاِنَّمَاتُنْذِرُالَّذِيْنَيَخْشَوْنَرَبَّهُمْبِالْغَيْبِوَاَقَامُواالصَّلٰوةَوَمَنْتَزَكّٰىفَاِنَّمَايَتَزَكّٰىلِنَفْسِهٖوَاِلَىاللّٰهِالْمَصِيْرُ١٨
walaa taziru waaziratun wizra ukhraa wa‑in tad'u mutsqalatun ilaa himlihaa laa yuhmal minhu syay‑un walaw kaana dzaa qurbaa innamaa tundziru alladziina yakhsyawna rabbahum bilghaybi wa‑aqaamuu alshshalaata waman tazakkaa fa‑innamaa yatazakkaa linafsihi wa‑ilaa allaahi almashiiru
Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang dibebani berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul bebannya itu tidak akan dipikulkan sedikit pun, meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat engkau beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada (azab) Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihat-Nya dan mereka yang melaksanakan salat. Dan barangsiapa menyucikan dirinya, sesungguhnya dia menyucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada Allah-lah tempat kembali. [18]
— Kementerian Agama Republik Indonesia