وَمِنَالنَّاسِمَنْيَّقُوْلُاٰمَنَّابِاللّٰهِفَاِذَآاُوْذِيَفِىاللّٰهِجَعَلَفِتْنَةَالنَّاسِكَعَذَابِاللّٰهِوَلَىِٕنْجَاۤءَنَصْرٌمِّنْرَّبِّكَلَيَقُوْلُنَّاِنَّاكُنَّامَعَكُمْاَوَلَيْسَاللّٰهُبِاَعْلَمَبِمَافِيْصُدُوْرِالْعٰلَمِيْنَ١٠
wamina alnnaasi man yaquulu aamannaa billaahi fa‑idzaa uudziya fii allaahi ja'ala fitnata alnnaasi ka'adzaabi allaahi wala‑in jaa‑a nashrun min rabbika layaquulunna innaa kunnaa ma'akum awalaysa allaahu bi‑a'lama bimaa fii shuduuri al'aalamiina
Dan di antara manusia ada sebagian yang berkata, "Kami beriman kepada Allah," tetapi apabila dia disakiti (karena dia beriman) kepada Allah, dia menganggap cobaan manusia itu sebagai siksaan Allah. Dan jika datang pertolongan dari Tuhanmu, niscaya mereka akan berkata, “Sesungguhnya kami bersama kamu.” Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada di dalam dada semua manusia? [10]
— Kementerian Agama Republik Indonesia