اَوَلَايَذْكُرُالْاِنْسَانُاَنَّاخَلَقْنٰهُمِنْقَبْلُوَلَمْيَكُشَيْـًٔا٦٧
awalaa yadzkuru al‑insaanu annaa khalaqnaahu min qablu walam yaku syay‑aan
Dan tidakkah manusia itu memikirkan bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakannya dahulu, padahal (sebelumnya) dia belum berwujud sama sekali? [67]
— Kementerian Agama Republik Indonesia