فَلَمَّااسْتَا۟يْـَٔسُوْامِنْهُخَلَصُوْانَجِيًّاقَالَكَبِيْرُهُمْاَلَمْتَعْلَمُوْٓااَنَّاَبَاكُمْقَدْاَخَذَعَلَيْكُمْمَّوْثِقًامِّنَاللّٰهِوَمِنْقَبْلُمَافَرَّطْتُّمْفِيْيُوْسُفَفَلَنْاَبْرَحَالْاَرْضَحَتّٰىيَأْذَنَلِيْٓاَبِيْٓاَوْيَحْكُمَاللّٰهُلِيْوَهُوَخَيْرُالْحٰكِمِيْنَ٨٠
falammaa istay‑asuu minhu khalashuu najiyyan qaala kabiiruhum alam ta'lamuu anna abaakum qad akhadza 'alaykum mawtsiqan mina allaahi wamin qablu maa farrathtum fii yuusufa falan abraha al‑ardha hattaa ya'dzana lii abii aw yahkuma allaahu lii wahuwa khayru alhaakimiina
Maka ketika mereka berputus asa darinya (putusan Yusuf) mereka menyendiri (sambil berunding) dengan berbisik-bisik. Yang tertua di antara mereka berkata, "Tidakkah kamu ketahui bahwa ayahmu telah mengambil janji dari kamu dengan (nama) Allah dan sebelum itu kamu telah menyia-nyiakan Yusuf? Sebab itu aku tidak akan meninggalkan negeri ini (Mesir), sampai ayahku mengizinkan (untuk kembali), atau Allah memberi keputusan terhadapku. Dan Dia adalah hakim yang terbaik." [80]
— Kementerian Agama Republik Indonesia