ثُمَّبَعَثْنَامِنْبَعْدِهٖرُسُلًااِلٰىقَوْمِهِمْفَجَاۤءُوْهُمْبِالْبَيِّنٰتِفَمَاكَانُوْالِيُؤْمِنُوْابِمَاكَذَّبُوْابِهٖمِنْقَبْلُكَذٰلِكَنَطْبَعُعَلٰىقُلُوْبِالْمُعْتَدِيْنَ٧٤
tsumma ba'atsnaa min ba'dihi rusulan ilaa qawmihim fajaa‑uuhum bilbayyinaati famaa kaanuu liyu'minuu bimaa kadzdzabuu bihi min qablu kadzaalika nathba'u 'alaa quluubi almu'tadiina
Kemudian setelahnya (Nuh), Kami utus beberapa rasul kepada kaum mereka (masing-masing), maka rasul-rasul itu datang kepada mereka dengan membawa keterangan yang jelas, tetapi mereka tidak mau beriman karena mereka dahulu telah (biasa) mendustakannya. Demikianlah Kami mengunci hati orang-orang yang melampaui batas. [74]
— Kementerian Agama Republik Indonesia