قُلْلَّآاَمْلِكُلِنَفْسِيْضَرًّاوَّلَانَفْعًااِلَّامَاشَاۤءَاللّٰهُلِكُلِّاُمَّةٍاَجَلٌاِذَاجَاۤءَاَجَلُهُمْفَلَايَسْتَأْخِرُوْنَسَاعَةًوَّلَايَسْتَقْدِمُوْنَ٤٩
qul laa amliku linafsii dharran walaa naf'an illaa maa syaa‑a allaahu likulli ummatin ajalun idzaa jaa‑a ajaluhum falaa yasta'khiruuna saa'atan walaa yastaqdimuuna
Katakanlah (Muhammad), "Aku tidak kuasa menolak mudarat maupun mendatangkan manfaat kepada diriku, kecuali apa yang Allah kehendaki." Bagi setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun. [49]
— Kementerian Agama Republik Indonesia